Nats : Pengharapan itu sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir ... (Ibrani 6:19)
Bacaan : Ibrani 6:9-20
Siapa yang tidak takut ketika harus menghadapi badai besar di tengah lautan? Angin dan ombak yang besar itu dapat membuat kapal yang kita tumpangi menjadi kandas. Pada saat seperti itulah sebuah sauh atau jangkar diturunkan ke dasar laut. Ukuran jangkar jelas sangat kecil bila dibandingkan dengan ukuran kapal, namun perannya sangat besar untuk menahan kapal dari terjangan ombak.
Alkitab mengibaratkan pengharapan kepada Tuhan seperti jangkar. Dengan jangkar itulah orang dapat bertahan dalam badai ketidakpastian hidup. Seperti pengalaman Abraham. Istrinya sudah menopause dan dirinya juga sudah begitu tua. Mungkinkah ia akan bisa mendapatkan keturunan seperti yang dijanjikan Tuhan? Penantian panjang ini seperti badai yang dapat menggoyahkan iman Abraham. Namun Alkitab mencatat, Abraham menanti dengan sabar (ayat 15). Mengapa? Karena Abraham tahu kepada Siapa ia meletakkan pengharapannya (ayat 16-18). Penulis kitab Ibrani mendorong jemaat Tuhan yang mulai goyah imannya untuk memiliki pengharapan yang demikian (ayat 11-12).
Tuhan kita adalah Tuhan yang selalu menepati janji-Nya. Dia tidak pernah berdusta. Apakah kita sungguh meletakkan pengharapan kita kepada-Nya? Menanti memang adalah pekerjaan yang tidak menyenangkan, tetapi menanti adalah bukti kesungguhan iman dan pengharapan kepada Pribadi yang memberikan janji itu. Jangan berusaha menjawab pergumulan dengan cara kita sendiri. Jangan pernah meninggalkan pengharapan kita dalam Tuhan. Pengharapan itulah sauh bagi jiwa, yang akan menjaga kita untuk tidak goyah diombang-ambingkan badai kehidupan. --VT
Kita dapat berharap pada janji-janji Tuhan
Karena kita tahu Dia yang menjanjikannya setia
Bacaan : Ibrani 6:9-20
Siapa yang tidak takut ketika harus menghadapi badai besar di tengah lautan? Angin dan ombak yang besar itu dapat membuat kapal yang kita tumpangi menjadi kandas. Pada saat seperti itulah sebuah sauh atau jangkar diturunkan ke dasar laut. Ukuran jangkar jelas sangat kecil bila dibandingkan dengan ukuran kapal, namun perannya sangat besar untuk menahan kapal dari terjangan ombak.
Alkitab mengibaratkan pengharapan kepada Tuhan seperti jangkar. Dengan jangkar itulah orang dapat bertahan dalam badai ketidakpastian hidup. Seperti pengalaman Abraham. Istrinya sudah menopause dan dirinya juga sudah begitu tua. Mungkinkah ia akan bisa mendapatkan keturunan seperti yang dijanjikan Tuhan? Penantian panjang ini seperti badai yang dapat menggoyahkan iman Abraham. Namun Alkitab mencatat, Abraham menanti dengan sabar (ayat 15). Mengapa? Karena Abraham tahu kepada Siapa ia meletakkan pengharapannya (ayat 16-18). Penulis kitab Ibrani mendorong jemaat Tuhan yang mulai goyah imannya untuk memiliki pengharapan yang demikian (ayat 11-12).
Tuhan kita adalah Tuhan yang selalu menepati janji-Nya. Dia tidak pernah berdusta. Apakah kita sungguh meletakkan pengharapan kita kepada-Nya? Menanti memang adalah pekerjaan yang tidak menyenangkan, tetapi menanti adalah bukti kesungguhan iman dan pengharapan kepada Pribadi yang memberikan janji itu. Jangan berusaha menjawab pergumulan dengan cara kita sendiri. Jangan pernah meninggalkan pengharapan kita dalam Tuhan. Pengharapan itulah sauh bagi jiwa, yang akan menjaga kita untuk tidak goyah diombang-ambingkan badai kehidupan. --VT
Kita dapat berharap pada janji-janji Tuhan
Karena kita tahu Dia yang menjanjikannya setia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar