SUMBER SUKACITA
Sebagai orang berdukacita, namun senantiasa 
bersuka-cita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; 
sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu 
(2Korintus 6:10)
Paul Gerhardt, seorang pendeta di Jerman pada 
abad 17, memiliki segudang alasan untuk tak bersukacita. Istri dan 
keempat anaknya meninggal dunia; 
Perang Tiga Puluh Tahun telah 
membinasakan warga dan menghancurkan Jerman; konflik gereja dan 
guncangan politik mengisi hidupnya dengan penderitaan. 
Namun, di
 tengah-tengah penderitaan pribadinya yang hebat, ia menulis lebih dari 
130 hymne yg kebanyakan diwarnai sukacita dan ketaatan kepada Yesus 
Kristus. 
Berikut kutipan lirik salah satu hymne karya Gerhardt, "Holy Spirit, Source of Gladness": 
Biarkan kasih yang tidak mengenal batas 
Mengalir bagai hujan yang deras, 
Memberi kita harta tak ternilai harganya 
Yang didamba manusia, dan yang Allah beri; 
Dengarkan kesungguhan permohonan kami, 
Tiap hati yang berat menjadi berseri; 
Tinggal dalam persekutuan, 
Roh yang penuh kedamaian. 
Karena
 kasih Allah telah dicurahkan dalam hati kita oleh Roh Kudus (Roma 5:5),
 adakah situasi di mana kita tak dapat mengalami sukacita yang Dia 
berikan? 
Selama melewati masa penderitaan besar, Rasul Paulus 
menggambarkan pengalamannya itu seperti "sebagai orang berdukacita, 
namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya 
banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala
 sesuatu" (2Korintus 6:10). 
Duka dan penderitaan adalah 
kenyataan hidup yang tak dapat dihindari. Namun, Roh Kudus adalah sumber
 sukacita kita, "memberi kita harta tak ternilai harganya yang didamba 
manusia, dan yang Allah beri" --DCM 
KEBAHAGIAAN BERGANTUNG PADA PERISTIWA YANG KITA ALAMI, TETAPI SUKACITA BERGANTUNG PADA YESUS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar