Juan, seorng pemuda desa bergegas menuju rumah sederhana tempat guru di desa itu tinggal. Wajahnya menampakkan kegembiraan bercampur kegelisahan.
"Ada apa, Juan ?" Tanya sang guru dg senyumnya.
"Guru, aku diterima kerja di kota sbg Abdi Rakyat disana!" ungkap sang pemuda .
"Syukurlah," timpal Sang Guru bahagia.
"Guru, kalau tdk keberatan, berikan aku petuah agar bisa berhasil!" ucap sang pemuda sambil menunduk & menanti respon gurunya.
"Juan, jadilah spt AIR, jangan ikuti jejak AWAN," untaian kalimat singkat meluncur tenang dr mulut sang guru.
Juan berpikir keras memaknai kat2 sang guru, namun terlihat blm mengerti sepenuhnya. "Maksudnya, Guru ?" ucapnya kemudian.
"Nak, Air mengajarkan kita utk senantiasa merendah. Walau berasal dr tempat yg tinggi, ia selalu ingin ke bawah. Semakin besar, semakin banyak jumlahnya; Air kian bersemangat untuk bergerak ke bawah. Ia selalu mencari celah untuk bisa mengaliri dunia" jelas sang guru.
"Lalu bgmn dengan Awan, guru ?" tanya si Juan penasaran.
"Jangan sekali2 spt Awan, Nak. Perhatikan! Awan berasal dr tempat yg rendah, tp ingin cepat berada di tempat tinggi. Semakin ringan, semakin ia tidak berbobot; Awan semakin ingin cepat meninggi," kt sang guru dg bijak.
"Dan juga , Juan," tambahnya kemudian, "Ketinggian Awan cuma jadi bahan Permainan Angin."
Si pemuda pun tampak mengangguk pelan & bertekad untuk melaksanakan tugasnya dg menjadi pemimpin g spt AIR, yg selalu bergerak ke bawah& mengairi ke banyak tempat.
Moral story:
Pilihan ada ditangan kita utk menjadi Air atau Awan. Bijaklah dg pilihan yang tersedia. Kiranya bs memberi kebahagiaan, manfaat & berkat bagi kehidupan & lingkungan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar