Selasa, 19 Juli 2011

Mari Bertengkar?

Dalam sebuah bukunya, Anthony de Mello menceritakan kisah ini: Ada dua orang bijak yang selama puluhan tahun tinggal bersama dengan damai. Tak pernah sekali pun mereka cekcok.

Suatu hari, seorang dari mereka berkata, Bagaimana kalau hari ini kita mencoba untuk bertengkar? Yang lain setuju, baik, mari kita pertengkarkan sepotong roti ini. Lalu mereka bersiap-siap memulai pertengkaran itu.

Orang pertama berkata, roti ini punyaku. Ini milikku semua. Orang bijak kedua menyahut, tidak apa-apa. Silakan saja ambil semua. Pertengkaran itu pun gagal.

Alkitab mencatat para gembala Ishak dan gembala Gerar mempertengkarkan sumur yang digali untuk memberi minum ternak mereka. Sumur itu layak menjadi rebutan karena airnya yang berbual-bual.

Namun, Ishak tidak mau berlama-lama dalam pertengkaran itu. Ia pun memilih pindah ke tempat lain dan menggali sumur yang baru. Sikap Ishak itu pun menuai simpati. Si orang Gerar kemudian memutuskan untuk berdamai. Keinginan untuk menguasai adalah akar masalah dalam relasi antar manusia.

Biasanya pertengkaran dipicu dan dipacu oleh sifat lebih suka menerima daripada memberi; mempertahankan, menuntut, meminta bagian kita. Kita hanya berfokus pada bagaimana orang memerhatikan, menghormati, bersimpati dengan kita. Kita hanya mau didengar, dituruti, dan dimengerti.

Sayangnya, kita tidak mau melakukan hal yang sama terhadap orang lain. Padahal tidak jarang, justru dengan memberi kita mendapatkan. Ishak telah membuktikannya. Bagaimana dengan Anda?

Meredam keinginan untuk menguasai akan meredam pertengkaran. Berlakulah bijak dan berhikmatlah. Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar