Selasa, 18 Oktober 2011

"KETULUSAN HATI"

"Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."".    (1 Samuel 16:7).


Wajahnya lugu. Sederhana. Tutur katanya simpatik. ”Soal gaji sih terserah saja. Saya terima. Yang penting bisa kerja membantu Tuan dan Nyonya,” ujar Yati. Sang majikan terkesan. Yati diterima menjadi pembantu rumah tangga. Ia dipercaya. Kunci-kunci rumah dipegangnya.

Dua bulan kemudian, majikannya sangat kaget ketika tiba di rumah. Semua barang berharga mereka habis terkuras. Yati lenyap. Rupanya ia adalah anggota sindikat perampok yang beraksi dengan bepura-pura menjadi pembantu. Wajahnya tulus, namun hatinya bulus!

Sulit mencari orang berhati tulus. Langka, tetapi sangat berharga. Waktu mencari pengganti Yudas, para murid tidak mencari orang hebat. Belajar dari pengkhianatan Yudas, mereka sadar bahwa faktor terpenting yang harus ada dalam diri seorang murid adalah ketulusan hati. Namun siapa yang bisa mengenal isi hati? Tuhan! Mereka pun lantas berdoa: “Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih” . Soal hati itu perkara penting. Percuma menjadi orang berprestasi apabila tanpa ketulusan hati. Akhirnya, Tuhan memilih Matias, tokoh yang tidak terkenal. Namanya tak pernah muncul dalam kitab Injil maupun surat Rasuli. Ia bekerja dibalik layar. Namun, ketulusan hatinya membuat Tuhan berkenan.

Orang yang tulus hati membuat rencana tanpa intrik. Berbicara tanpa melebih-lebihkan. Memberi bantuan tanpa pamrih. Menampilkan diri apa adanya tanpa berusaha terlihat suci. Ia benci kemunafikan dan kepalsuan. Seperti itukah Anda? Apakah Anda dikenal sebagai orang yang tulus hati?

Tanpa hati yang diwarnai ketulusan, Anda tidak bisa membuat Allah terkesan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar